Selasa, 13 Januari 2009

baru2

novi adik iparku
Aku masih ingat pada waktu itu tanggal 2 Maret 1998, aku mengantarkan adik iparku mengikuti test di sebuah perusahaan di Surabaya . Pada saat adik iparku sebut saja Novi memasuki ruangan test di perusahaan tersebut, aku dengan setia menunggu di ruang lobi perusahaan tersebut. Satu setengah jam sudah aku menunggu selesainya Novi mengerjakan test tersebut hingga jam menunjukkan pukul 11 siang, Novi mulai keluar dari ruangan dan menuju lobi. Aku tanya apakah Novi bisa menjawab semua pertanyaan, dia menjawab, “Bisa Mas…”
“Kalau begitu mari kita pulang” pintaku. “E… sebelum pulang kita makan dulu, kamu kan lapar Novi.” Kemudian Novi menggangguk. Setelah beberapa saat Novi merasa badannya agak lemas, dia bilang, “Mas mungkin aku masuk angin nich, habis aku kecapekan belajar sih tadi malam.” Aku bingung harus berbuat apa, lantas aku tanya biasanya diapakan atau minum obat apa, lantas dia bilang, “Biasanya dikerokin Mas…” “Wah… gimana yach…” kataku. “Oke kalau begitu sekarang kita cari losmen yach untuk ngerokin kamu…” Novi hanya mengangguk saja.
Lantas aku dan Novi mencari losmen sambil membeli minyak kayu putih untuk kerokan. Kebetulan ada losmen sederhana, itulah yang kupilih. Setelah pesan kamar, aku dan Novi masuk ke kamar 11 di ruang atas. “Terus gimana cara Mas untuk ngerokin kamu Nov”, tanyaku. Tanpa malu-malu dia lantas tiduran di kasur, sebab si Novi sudah menganggapku seperti kakak kandungnya. Aku pun segera menghampirinya. “Sini dong, Mas kerokin…” Dan astaga si Novi buka bajunya, yang kelihatan BH-nya saja, jelas kelihatan putih dan payudaranya padat berisi. Lantas si Novi tengkurap dan aku mulai untuk menggosokkan minyak kayu puih ke punggungnya dan mulai mengeroki punggungnya.
Hanya beberapa kerokan saja… Novi bilang, “Entar Mas… BH-ku aku lepas sekalian yach… entar mengganggu Mas ngerokin aku.” Dan aku terbelalak.. . betapa besar payudaranya dan putingnya masih memerah, sebab dia kan masih perawan. Tanpa malu-malu aku lanjutkan untuk mengeroki punggungnya. Setelah selesai semua aku bilang, “Sudah Nov… sudah selesai.” Tanpa kusadari Novi membalikkan badannya dengan telentang. “Sekarang bagian dadaku Mas tolong dikerik sekalian.” Aku senang bukan main. Jelas buah dadanya yang ranum padat itu tersentuh tanganku. Aku berkali-kali berkata, “Maaf dik yach… aku nggak sengaja kok…” “Nggak apa-apa Mas… teruskan saja.”
Hampir selesai kerokan dadanya, aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku pegang payudaranya, aku elus-elus. Si Novi hanya diam dan memejamkan matanya… lantas aku ciumi buah dadanya dan kumainkan pentilnya. Novi mendesis, “Mas… Mas… ahh…, ah ah ahh…” Terus aku kulum putingnya, tanganku pun nggak mau ketinggalan bergerilnya di vaginanya. Pertama dia mengibaskan tanganku dia bilang, “Jangan Mas… jangan Mas…” Tapi aku nggak peduli… terus saja aku masukkan tanganku ke CD-nya, ternyata vaginanya sudah basah sekali. Lantas tanpa diperintah oleh Novi aku buka rok dan CD-nya, dia hanya memejamkan matanya dan berkata pelan, “Yach Mas…” Kini Novi sudah telanjang bulat tak pakai apa-apa lagi, wah… putih mulus, bulunya masih jarang maklum dia baru umur 20 tahun tamat SMA. Lantas aku mulai menciumi vaginanya yang basah dan menjilati vaginanya sampai aku mainkan kelentitnya, dia mengerang keenakan, “Mas… ahh… uaa… uaa… Mas…”
Dan mendesis-desis kegirangan, tangan Novi sudah gatal ingin pegang penisku saja. Lantas aku berdiri, kubuka baju dan celanaku kemudian langsung saja Novi memegang penisku dan mengocok penisku. Aku suruh dia untuk mengulum, dia nggak mau, “Nggak Mas jijik… tuh, nggak ah… Novi nggak mau.” Lantas kupegang dan kuarahkan penisku ke mulutnya. “Jilatin saja coba…” pintaku. Lantas Novi menjilati penisku, lama-kelamaan dia mau untuk mengulum penisku, tapi pas pertama dia kulum penisku, dia mau muntah “Huk.. huk… aku mau muntah Mas, habis penisnya besar dan panjang… nggak muat tuh mulutku.” katanya. “Isep lagi saja Nov…” Lantas dia mulai mengulum lagi dan aku menggerayangi vaginanya yang basah. Lantas aku rentangkan badan Novi.
Rasanya penisku sudah nggak tahan ingin merenggut keperawanan Novi. “Novi… Mas masukkan yah.. penis Mas ke vaginamu”, kataku. Novi bilang, “Jangan Mas… aku kan masih perawan.” katanya. Aku turuti saja kemauannya, aku tidurin dia dan kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Dia merasakan ada benda tumpul menempel di vaginanya, “Mas… Mas… jangan…” Aku nggak peduli, terus kugesekkan penisku ke vaginanya, lama-kelamaan aku mencoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Slep… Novi menjerit, “Ahk… Mas… jangan…”
Aku tetap saja meneruskan makin kusodok dan slep… bles… Novi menggeliat-geliat dan meringis menahan sakitnya, “Mas… Mas… sakit tuh… Mas… jangan…” Lalu Novi menangis, “Mas… jangan dong…” Aku sudah nggak mempedulikan lagi, sudah telanjur masuk penisku itu.
Lantas aku mulai menggerakkan penisku maju mundur. “Ah… Mas… ah.. Mas…” Rupanya Novi sudah merasakan nikmat dan meringis-ringis kesenangan. “Mas…” Aku terus dengan cepatnya menggenjot penisku maju mundur. “Mas.. Mas…” Dan aku merasakan vagina Novi mengeluarkan cairan. Rupanya dia sudah klimaks, tapi aku belum. Aku mempercepat genjotanku. “Terus Mas… terus Mas… lebih cepat lagi…” pinta Novi. Tak lama aku merasakan penisku hampir mengeluarkan mani, aku cabut penisku (takut hamil sih) dan aku suruh untuk Novi mengisapnya. Novi mengulum lagi dan terus mengulum ke atas ke bawah. “Hem… hem… nikmat… Mas…” Aku bilang, “Terus Nov… aku mau keluar nich…” Novi mempercepat kulumnya dan… cret… cret… maniku muncrat ke mulut Novi . Novi segera mencabut penisku dari mulutnya dan maniku menyemprot ke pipi dan rambutnya. “Ah… ah… Novi… maafkan Mas… yach… aku khilaf Nov… maaf… yach!” “Nggak apa-apa Mas… semuanya sudah telanjur kok Mas…” Lantas Novi bersandar di pangkuanku. Kuciumi lagi Novi dengan penuh kesayangan hingga akhirnya aku dan Novi pulang dan setelah itu aku pun masih menanam cinta diam-diam dengan Novi kalau istriku pas tidak ada di rumah.
July 2, 2008 Posted by premium Cerita Seru, Cerita Sex Sedarah, Daun Muda, incest, kakak adik, sedarah, sex keluarga 3 Comments
Rahasia aku dengan Mamiku
“Jach.., bangun..! Udah makan belon..? Udah jam berapa ini..? Jach.. Jach.. Jach..!” kedengaran suara mami mulai mendekati kamar saya dan langsung masuk ke kamar saya yang biasanyatidak pernah terkunci. “Jach..!” mami duduk di tepian tempat tidur dan langsung mengelus kepala saya, “Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih baru makan..!” “Ah.. malas Mam, mau tiduran dulu. Entar aja satu jam lagi ya..!” “Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong lantas tidur satu harian.” Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya mami bisa ikut tiduran. Sambil tiduran mami mencari-cari majalah yang mau dibacanya. Saya kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak hot, dapat dibilang hanya sekitar seks saja ceritanya. Ya.., terlanjur sudah keambil oleh mami. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada perasaan yang lain setelah mami masuk ke dalam kamar saya, seakan-akan gairah seks saya mulai menjalar menyelimuti tubuh. Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai selimut. AC di ruangan kamar saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya, kalau situasi dalam keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak. Posisi tidur saya waktu itu persis di samping mami dan bersenggolan dengan pahanya. Saya perhatikan mami makin serius membaca novel dan maklum tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya, “Bapa kemana Mam..?” “Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran, biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang.” “Awas Mam, nanti tidak ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah.” “Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya.” jelasnya. Sedikit posisi saya agak memeluk mami, maklum hal ini sering saya lakukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal lagi bagi saya dan mami. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel di samping kemaluannya, dimana mami saya posisinya agak miring menghadap saya. Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi mami membaca telentang, dan agak miring menghadap saya. Dengan sedikit menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan paha mami, dan hal ini tidak pernah kami lakukan. Sesuatu yang janggal saya rasakan, dimana kalau saya bermanja-manja selalu dalam keadaan memakai celana pendek, tapi dalam keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Mungkin ada setan yang melanda diri saya, batang kemaluan saya pun mulai membesar, dan mungkin mami merasakan itu, tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas saya melihat ke paha mami, dasternya tersikap, dan tetap mami tidak menghiraukannya. Dia masih menganggap saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas pertama. Sekarang keadaan semakin tidak karuan, dan timbul dalam pikiran saya untuk melanjutkan lebih jauh lagi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya. Dan alangkah terkejutnya saya bahwa mami tidak mengenakan celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit kemaluannya. Ternyata mami sangat rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan terbebaslah penis saya. Dengan sedikit berpura-pura lagi, saya mengambil bantal yang ada di seberang mami, dan secara otomatis batang kemaluan saya menempel persis di samping vaginanya. Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali lagi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya. “Serius kali Ma bacanya..!” “Iya.., ini ceritanya lagi seru dan menarik.” katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai jauh bertindak. Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang berkecamuk dalam pikiran saya. “Ah, bodoh amat..!” pikir saya waktu itu. Dengan telaten saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu kalau saya agak susah atau memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin mami pegal, kemudian mami meletakkan novel di bantal, dan otomatis dia semakin miring posisinya. Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit lagi yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu.
Sepertinya mami maunya tidak disengaja, atau mami juga menikmatinya. Sekarang tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya dengan posisi saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah dadanya. Saya sangsi kalau mami tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi tidak ada tanda-tanda mami melarang perbuatan saya. Sedikit demi sedikit saya menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir vaginanya. Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca novel. Tidak saya hiraukan mami lagi sedang apa. Kemudian dengan sabar saya menggesek-gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai menerobos bibir vaginanya. Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan seperti terjadi begitu saja, mungkin mami malu melakukan secara blak-blakan. Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kemaluan saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm. Tapi dengan dibantu cairan yang mulai keluar dari vagina mami menolong batang kemaluan saya masuk ke dalam dengan sedikit agak menggeser bantal yang saya peluk. Setelah agak tersentak pantat saya, “Bless..!” masuk semua batang kemaluan saya dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi mami. Eh ternyata mami masih tetap membaca novel yang ada di tangannya. Dengan sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring semakin membuat kami erat terhubung. Tetapi saya belum berani memeluk mami, terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya. Terasa batang kemaluan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Semakin lama penis saya semakin mudah saya maju-mundurkan. Badan mami tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap dengan posisi semula. Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju- mundurkan batang kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya lahir. Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya. Tercium bau vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala penis saya, seperti mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan memasukkan dalam-dalam, badanku terasa seperti kesetrum listrik yang bertegangan tinggi. “Coot.. crott.. croott..!” Saya peluk bantal kuat-kuat dan tetap membenamkan batang kemaluan saya di dalam vaginanya, dan saya melihat wajah mami agak berkerut menahan nikmatnya. Terasa batang kemaluan saya seakan-akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada yang menyiram dari dalam vaginanya. Anehnya batang kemaluan saya tidak langsung lemas, tetapi tetap tegang. Dengan sedikit waktu untuk istirahat, saya mendiamkan batang kemaluan saya di dalam vagina mami selama 5 menit. Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil dan saya cabut dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat keluar sedikit air mani saya dan meleleh di bibir vaginanya. Akhirnya mami bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar sambil berkata, “Jach udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin makanmu..!” “Bret..!” pintu kamar tertutup setelah itu. Saya juga bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai celana pendek dan langsung menuju meja makan. Saya mendapati mami sudah duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara kami. Setelah kejadian pagi itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan saya dengan mami. Seperti biasanya, ayah saya telah kembali malam hari, tepatnya pukul 11 malam dan langsung tidur. Memang hal ini sudah merupakan kebiasaannya, tidak pernah punya waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti inilah yang saya inginkan, dimana dapat berbincang- bincang dengan ayah atau semua keluarga. Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang oran nomor satu di lingkungan saya. Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke dalam kamar saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar mami berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya matahari. Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun. Saya pun keluar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak mengenakan apa-apa di baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata masih sepi. Saya lihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan bulan ini adalah hari lmamir panjang untuk naik kelas, pada waktu itu saya mau naik ke kelas 3 SMU. Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di kamar saya silau dengan sinar matahari. Gimana ya, mami belum kelihatan, berarti belum bangun.
Terus saya berusaha melangkah ke dapur, ternyata juga belum saya jumpai, berarti benar mami masih tidur di dalam kamarnya. Saya mengarah ke kamar utama, ke kamar ayah dan mami yang lumayan besar. Saya langsung saja mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci. Pelan-pelan saya buka pintu. Benar, terlihat mami masih tertidur pulas, dan saya langsung masuk. Saya menutup pintu kamar, takut nanti kelihatan pembantu, kan bisa berabe. Kemudian saya mendekati tempat tidur mami, sekilas saya melihat sekeliling kamar tertata rapi, mami memang terkenal suka bersih-bersih. Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke tepian tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur nyenyak. Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya. “Mami.. Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!” “Ah.., entar aja Jach.., Mami lagi ngantuk nih..!” Mendengar jawabannya, saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan sedikit iseng saya mulai kenekatan saya. Pelan-pelan tetapi pasti, saya sikapkan daster mami dengan tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD lagi, terlihat bersih vagina mami. Batang kemaluan saya berdiri tegak dan langsung menyembul dari dalam piyama. Lima menit saya memandangi kemaluan mami sambil mengelus-elus penis yang sudah mulai tinggi tegangannya. Kemudian saya mulai memeluk mami dengan posisi mami miring membelakangi saya. Sewaktu saya memeluk tubuhnya, dengan sedikit tenaga saya menarik tubuh mami, dan ternyata mami tidak melawan dan mengikuti kemauan saya. Sekarang mami menghadap saya sama seperti kemarin, hanya kemarin mami dalam keadaan terbangun, membaca novel dan saya tidak memeluk tubuhnya, tetapi sekarang saya memeluk tubuhnya. Posisi dasternya agak tersikap lebih ke atas. Saya mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah terbuka semuanya, nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi memeluk tubuhnya yang susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka dasternya, apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami. Sekarang nafsu saya sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan batang kemaluan saya ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih kering dan sedikit agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir kemaluannya. Terlihat oleh saya vaginanya mulai mengembang dan mengeluarkan cairan, langsung saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong, terpleset. Setelah dengan susah payah menggesek-gesek, terlihat bibir vaginanya mulai mengeluarkan cairan sebagai pelumas. Mulai terasa seakan-akan batang kemaluan saya mau ditelan habis oleh vaginanya, dimana bibir vagina mami mulai kembang kempis. “Ah.. ahk..!” geli sekali rasanya. Ingin rasanya saya memasukkan cepat-cepat, tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak kesulitan saya memasukkan penis saya. Disaat saya mulai berusaha memasukkan lebih dalam lagi, mami juga rupanya menikmati. Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan penis saya masuk lebih dalam lagi. Dengan sekali dorong, “Bless..!” masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Saya diamkan agak lama dengan maksud mau melihat bagaimana reaksi mami. Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa tanggung bagi mami. Kemudian dengan sedikit gerakan, mami memaju-mundurkan pantatnya. Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai bergoyang dengan sedikit kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk mami, dan mami masih tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-blakan melakukannya. Tidak perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang batang kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi. Dengan posisi saya di atas mami yang dengan sikap merenggangkan kakinya lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-kali mami mengikuti irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan “Cret.. cret.. cret..!” saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan mami dimana saya juga pernah dikandungnya. Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit. Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap memeluknya dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap menancap di dalam vaginanya. Setelap 10 menit terasa penis saya masih tegang. Kembali dengan sikap yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari itu. Setelah selesai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak ada lagi. Ketika saya cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya. “Udah mandi belon Jach..? Mandi gih..!” katany seakan-akan tidak ada yang terjadi. Memang mami sangat menikmatinya, begitulah kami melakukan hampir setiap hari dengan tetap mami menjaga sikap tidak mau melakukan secara terbuka
July 2, 2008 Posted by premium Cerita Seru, Cerita Sex Sedarah, Daun Muda, incest, sedarah, sex keluarga 13 Comments
Menaklukkan kakak ipar
Aku memang ketagihan bermain cinta dengan wanita setengah baya alias STW. Ada lagi pengalaman nyata yang kualami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsu.Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman SafariTiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.
Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.
Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..eee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.
Dengan tenagnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi memohon maaf.
“Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumha ini,” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Uni. “Ada apa Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.“Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.
“Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.“Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.“Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran…putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku……..Uni masih diam.Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”“Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya.
Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya. Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.“Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas
July 2, 2008 Posted by premium Cerita Seru, Cerita Sex Sedarah, Daun Muda, incest, sedarah, sex keluarga , , 3 Comments
EKSEBISHI BERSAMA IPAR TERSAYANG
Salah satu pengalaman Daku yang terbilang spesifik adalah bersama adik iparku yang Jablai semampai, sensual dansedikit agresif…. serta cukup vulgar bila berpakaian di rumah.
Awalnya seeh Daku ekstra Muna dan rada Jaim dengan Adik Iparku yang kerap Caper ke Daku.Kelembutannya yang utama bukanlah dati tutur kata dan busananya tetapi justeru dari kulitnya yang bersih, putihHarum Mewangi….. yah pegimana ngak wangi kalo setiap hari mandi pake sabun, keramas dengan sampo … lanjutpake parfum…
Sejak menikah, selama beberapa tahun Daku tinggal di Mertua Indah dengan seorang Adik ipar wanitayang masih lajang serta seorang Kakak Ipar Wanita yang bercerai dan beberapa keponakan cewe menjelang ABG.Ditengah kerumunan wanita-wanita itulah Daku berada.
Karena kebiasaanku yag pulang kantor pada malam hari, maka biasanya Daku pulang kerumah pada situasiyag sudah cukup sepi…… jadi karena kondisi maka Daku pun kerap bercinta dengan isteri pada tengah malam.kadang kita bercinta didalam kamar tidur, kadang bercinta di ruang utama rumah karena memang sudah sepi.
Suatu kali sehabis Daku puas bergumul cumbu dengan isteriku saling meremas-remas dan menjilati penuh nafsuseluruh bagian tubuh yang sensitif….. tanpa sengaja Daku tiba-tiba nelihat pintu kamar tidur adik iparku ternyataterkuak sedikit. Entah sudah berapa lama pintu itu terbuka.. walau sedikit … Daku sempat berfikir apakah adik iparkutadi sebetulnya bangun dan melihat Diriku bercumbu nafsu dengan kakaknya …. atau terlintas dalam benak-Kuapakah memang baru kali ini pintu itu terkuak sedikit… jangan-jangan…… ah… sudahlah Daku tak peduli…
Hubungan-Ku dengan Vivi, adik ipar-Ku itu memang cukup AIYSS (Aik Ipar Yang Saling Sayang) cenderunglebih manja ketimbang isteri-Ku sendiri… dia sugnguh gaul, pintar menyanyi dan banyak kawan, pacar pun punyamalah cenderung punya lebih banyak kawan lelaki daripada wanitanya … tapi entah mengapa dia tetap sajasering caper ke diri-Ku… yaah Daku sih happy azza… mungkin Daku betul-betul Zantan kali yaa.. ha..ha..ha…ha..bisa aja … yaah namanya juga karangan … hi…hi…hi….
Lanjut ah, ini bener kok pengalaman nyata …ngapain bo’ong ama orang lain entar Daku kalo pembohong kan kagak bakalan punya kawan banyak .. tul ngak ?
Beberapa hari kemudian… Ce’illah … seperti biasa Daku mengajak isteri bercinta di ruang tamu pada malam harisaat seisi rumah sudah tidur. Tapi kali ini sebelum bercumbu, terlebih dahulu Ku perhatikan pintu kamar tiduradik ipar-Ku … Ooohh…. ternyata tertutup rapat… berrati aman….. karena letak kamar tidur adik iparku berhadapandengan sofa ruang tamu maka walaupun terkuat hanya sedikit tentunya Vivi, sang adik iparku dapat mengintipdengan leluasa permainan cumbu nafsu diriku dengan isteri tersayang…..
Karena kita berdua sudah yakin semuanya yang ada di rumah telah tertidur pulas di kamarnya masing-masingmaka Daku berbegas mengatur posisi …. untuk memulai percumbuan dengan isteriku… dimana Daku lebih sukaduduk dibawah sofa sementara isteriku duduk di atas sofa. Permainan langsung di seputar wilayah Paha dan Vaginaadalah kegemaran utama-Ku. Menciumi-menjilat-jilat sambil mengigit-gigit lembut sepasang paha sekel istaeri-Kuadalah menu pembukaan cumbu nafsu diri-Ku yang paling sering Ku lakukan….. disaat menggelinjang antarageli-geli-nikmat… menahan sentuhan bibir dan lidah-Ku di sepasang pahanya, biasanya isteri-Ku tidak sabar untukmenanti hisapan Ku pada Vagina-nya.. tapi disitulah letak permainannya… Daku sering menahan diri untukberlama-lama di sekitar paha hingga mendekati Vagina… sesekali saja menjilati kelentit dan liang vagina Isteri-Kusekedar mengecek apakah Isteri-Ku sudah mulai mencapai orgasme melalui cairan genitalnya atau belum…
Bila ternyata vagina isteri-Ku sudah mulai basah… tanda-tanda orgasme .. maka Daku mulai lebih seringmenjilat-jilati dan menghisap kelentit dan daging vagina isteriku secara perlahan-lahan… dengan cara seperti iniDaku bisa berlama-lama menyenangkan Isteriku megngigil menahan nikmat.. terlebih saat cairan vaginanyayang mulai mengalir deras keluar Ku reguk hingga tak bersisi… eehhhmmm… memainkan lidah di ujung kelentitdan di didnding Vagina bisa membuat tubuh isteriku bergetar kuat …. semakin dia bergerak menjauh dari kepalaku..semakin kukejar dan kutempel permukaan vagina isteriku…. aahhh……. Aaauuww … di saat Isterku mulai bangkitberdiri karena tak tahan menerima hisapan Diriku pada Vaginanya… semakin Ku kencangkan cengkeraman lingkarantangan-Ku pada sepasang pantat Isteri-ku… sementara kepalaku kutempelkan erat-erat kehadapan vaginanya…..
Paa… Papa… udah… aaauuhhh… ooohhh.. Paa… ngak tahan ….. Jerit lirih terlontar dari isteri-Ku…. kalau sudahseperti ini…. apa boleh buat… dari pada membangun kan orang se isi rumah… yah kulepaslah dekapan Ku di Vaginanya…
Setelah Daku puas bercumbu nafsu dengan isteriku selama satu jam lebih … akhirnya aku beristirahat menonton teve …sementara isteri-Ku cepat berlalu masuk ke kamar…….. Namun, belum lama aku menonton teve ….kulihat pintu kamar Vivi, adik ipar-Ku itu yang tadinya tertutup rapat ternyata sudah terkuak kembali, sedikithanya terbuka beberapa cm. Ku perhatikan, kali ini kamar tidurnya gelap ….. tidak biasanya …..
Setelah menunggu beberapa saat, karena penasaran Daku menghampiri kamar tidur Vivi…. oouu memang terbuka,lalu dengan hati-hati, perlahan-lahan Ku buka pintu kamar tidur Vivi… ku intip dengan seksama …uugghh….samar-samar dalam keremangan kamar Kulihat Vivi tertidur dengan tertelungkup…. tapiii… Ammbbooiii…Vivi tidur tidak mengenakan bad cover… sementara daster mininya terserak menyembulkan sepasang paha danpantat yang padat…. saking penasaran ingin melihat apakah Vivi tertidur dengan sepasang pantat yang terbukamenantang … maka kuhampiri kasur dimana Vivi tertidur… Aaahh… baru dua-tiga langkah memasuki kamarnya …kaki kanan ku menyentuh sepotong kain… segera kuambil kain itu … ouwwah..aahh… ternyata celana dalam mungilmilik Vivi berwarna gelap yang berserak dilantai… saat kuambil dan kupegang… mmmhhhh…. CD Vivi basah…..tanpa sadar kucium CD Vivi …. uugghhhh… wangi khas cairan Vagina….
Kini Daku semakin curiga…. jangan-jangan Vivi memang mengintip percumbuan Daku dengan Isteri-Ku dari balikpintu kamarnya yang gelap….. ah.. aku pun betul-betul penasaran … segera kudekati Vivi dikasurnya… dia masihtertidur menelungkup dengan wajah menghadap pintu…. kearah diriku … tapi setelah kuperhatikan dengan telitisepasang pantatnya yang terbuka penuh memang tidak mengenakan celana dalam… alias polos…..
Antara penasaran sekaligus terangsang kemontokan paha dan pantat Vivi…. dengan spoantan kunyalakan lampumeja belajarnya…. emmhh… benar-benar mulus, kenyal, putih nian sepasang pada dan pantat Vivi… ooohhh…Daku berdecak kagum… sambil menelusuri lekuk liku daging Paha dan Pantat Vivi…… sambil terus memegangidan sesekali menciumi CD Vivi yang basah dengan cairan Vaginanya…..
Tiba-tiba saja terlintas dibenak-Ku untuk mengecek apakah Vivi betul-betul sudah tertidur pulas dari tadi … ataukahdia berpura-pura tidur karena tadi dia sebenarnya mengintip KU bercumbu….. maka CD dan sarung yang kukenakansengaja Ku lepaskan …. dalam jarak dekat didepan wajah Vivi ….hanya dengan mengenakan kaus singlet ditubuh sementara perutku ke bawah sudah polos Daku pun ber-Eksibisi….Sembari menelusuri pemandangan Indah sepasang Paha dan Pantat Vivi yang putih montok, Daku pun ber-Onanidalam jarak teramat dekat dihadapan wajah Vivi…. mmmhhh….. aaaahhhh… sengaja Daku bergumam lirih….menikmati Keindahan dan kenikmatan ber-Onani di Depan Vivi sambil tidak lepas memperhatikan lekuk-lekukdaging Paha dan Vagina Vivi…. oooohhhh… saaat Penis-Ku mulai menegang-kencang- dengan ujung yang …Mengkilau….. kulirik wajah Vivi… kuperhatikan Mata Vivi… ooohhhh…. ternyata bulu matanya yang lentik ..bergerak-gerak dan bergetar-getar lembut tanda dirinya tidak tidur dan sedang aktif melilhat Daku ber-Onani dihadapannya dengan Penis yang semakin panjang, besar, menonjolkan uliran urat yang kencang dengan dagingujung Penis yang berwarna pink mengkilat…..
Karena sudah terlanjur ….. juga karena sudah terlalu nikmat melakukan Onani jarak dekat di wajah Vivi….Daku pun semakin semangat memainkan tangan kanan-Ku mengocok-ngocok lembut batang Penis-Ku ….Mengetahui bahwa Adisk Iparku Tersayang juga terkesima mengintip Penis-Ku dari balik bulu matanya yang lentik..Daku benar-benar bergairah melakukan Onani….. Aahhhh…. oouuuwww…. Vivi… desah-Ku lembut.. tanpa sadar…Syeer…syeer…. kutahan… dan kukendalikan aliran sperma-Ku yang keluar dari ujung penis-Ku….Dengan menengadahkan telapak kanan kualirkan tetesan air mani-Ku ketangan… lalu cairan tersebutku oleskan ke batang Penisku sehingga seluruh Penisku hingga daging Ujungnya semakin mengkilat licin…..
Dengan olesan cairan sperma-Ku yang kental dan licin maka tangan kanan-Ku semakin lincah leluasa ber-Onani….mmmhhh….. Daku pun semakin hot ber-Onani mengeluar masukkan ujung-batang Penisku dalam genggaman tangan..sembari menggoyang-goyangkan pantatku layaknya bersenggama…. ooouuuuuu….kukperhatikan bulu mata Vivi semakin terbuka agak lebar… jelas sudah kalau Vivi sedang menikmati keindahanBatang Penis-Ku dan Goyangan-Goyangan Erotis-senggama-Ku …. oohh… ouw… kulihat gerak bibir senyum manisterpancar dari wajah Vivi karena dirinya tampak senang sekali memandangi buah zakar dan Ujung-Batang Penis-Ku….yang terus besar, tegang dan mengkilat….
Baru kusadari kemudian, tangan kiri Vivi ternyata bergerak-gerak perlahan dari balik tubuhnya yang mengarah padaVaginanya… ooouuu.. Vivi juga sedang bermasturbasi rupanya…. mengetahui hal itu.. Daku semakin bernafsumelakukan Onanai dengan Hot ku percepat gerakan Onani Penis-Ku keluar masuk Genggaman tangan … den ….
Creett…. crreett… creettt… syyeerr….. Air Mani-Ku keluar Deras dari Ujung Penis-Ku lalu kutumpajkan ketelapaktangan kiri-Ku…. tanpa bisa dicegah… Tubuh Vivi pun ikut yang tidur tertelungkup mengigal-bergetar cukup kuatsaat dirinya melihat dengan jelas pancaran Sperma-Ku yang mengalir muncrat ke telapak tangan …. aaahhhh Vivii…
Dengan seluruh Sperma yang ada kubasuh lagi batang Penis-Ku yang tetap tegang…. …crrek…creekk.. crreekk…suara onani terdengar dari gesekan tangankananku yang penuh air mani …. sementara itu kuperhatikanVivi sudah lebih aktif menggerak-gerakkan tangan kirinya ke tengah-tengah pangkal pahanya…seluruh badan Vivi kini sudah terlihat bergerak-gerak sebagai tanda dirinya sangat terangsang…. ooouuu…Nikmatnya..
Setelah puas ber-Onani sampai sperma-Ku habis-kering… secara demonstratif Daku mencium celana dalam Viviyang basah yang dari tadi kupegang terus….. dalam posisi tidurnya yang pura-pura itu … kulihat Vivi tersenyumlebih lebar dari sebelumnya tanda dirinya pun ikut senang menikmati eksibisi sensual yang membahagiakan….
EKSIBISIi VIVI ….
Tanpa kuduga …. baru sekitar 15 menit Daku beritirahat tidur-tiduran sambil memejamkan mata di sofa ruang tamu….dari kamar tidurnya Vivi keluar dengan mengenakan handuk saja yang dililitkan ditubuhkan…. kulirik dari balikmataku yang pura-pura terpejam…. Vivi menghampiri diriku di Sofa… daannnn… aaiiihhhh…. aku terkejut…..saat Vivi membuka handuknya lalu dihampar di meja dan dia duduk di tepi meja tepat dihadapan wajahku …..
Di ruang tamu yang terang benderang … tentunya Daku dapat melihat jelasseluruh Tubuh Vivi yang Aduhai Indahnya..sepasang daging Payudara Vivi tampak kenyal montokdengan puting susunya yang mencuat kencang kemerahan …..Pinggangnya yang ramping …… serta kulit pahanya yang putih, halus sintal….
Setelah duduk begitu dekat didepan wajahku… tanpa ragu sedikit pun Vivi duduk mengangkang ….kedua pahanya dibuka lebar-lebar dengan ujung kaki jarinya yang menjinjit … Vivi mulai memperlihatkanKeindahan pangkal paha, daging Vagina dan kelentinya yangn mengkal merekah berwarna merah muda …dengan posisi duduk mengangkang dekat wajahku… Vivi dengan atraktif membuka bibir Vaginaya… Oooohhh…Kekagumanku semakin bertambah terhadp bagian Genital Vivi…. yang mempertontonkan kelembutan,kelenturan, grunjulan daging bagian dalam Vagina Vivi….
syyeerrr… sekujur tubuhku mulai memanas…. tegang…..
Seolah sudah tahu kalau diri-Ku sedang menonton peragaan Vagina Vivi,,,, Dia pun lantas dengan lembutmempermainkan bibir-bibir Vaginanya yang kadang di kuak lebar .. lalu digesek-gesekkan dengan keduatangannya …. aahhhh… ooohhh Vivi …. aku berdesah dalam hati…. menahan rangsangan yang luas biasa…Dengan gerakan-gerakan yang sangat mesra dan erotis Vivi mengelus-elus dengan cepat ujung kelentitnya…diselang-seling dengan gerakan-gerakan tangannya dilipatan pangkal pahanya … lalu … dia pun mengingal-ngigalsambil menguak-kan Vaginanya lebar-lebar …. mmhhh……ingin sekali rasanya Daku mengelus-elus Vagina Vivi yang merekah Indah itu…… aauuuhh…
Seolah tahu akan niatku itu, Vivi tanpa Ku duga meraih tangan kanan-Ku lalu …telapak tangan kanan ku di elus-eluskannya secara lembut ke Daging Vaginanya …. sssyyyeeerrr….Penis ku menegang tinggi ….. sehingga Vivi melihat dengan jelas dari sembulan sarung-Ku…Dengan tersenyum manis Vivi lantas berdiri semakin dekat dengan wajah ku …Dalam posisi berdiri mengangkan tangan kanan-Ku diselipkan … di jepit di antara kedua pahanya - tepatdi tempelkan di daging Vaginanya ….
Dengan posisi itu, Daku yang pura-pura tiduran di sofa… tetapi tangan kanan Ku di kepit Pangkal Paha Vivi…yang berdiri di depanku …. tanpa bisa ku tebak .. Vivi melakukan surprise ….seperti naik kuda-kudaan … Pangkal Paha Vivi … Vagina Vivi degesek-gesekkan di sepanjangpergelangan tangan hingga ke lengan Ku mendekati pangkal lengan ….
Aaauuuwww… tubuh ku tanpa bisa dicegah ikut bergetar ….. Penis Ku pun kian MenegangSementara Vivi semakin Asyik masyuk menikmati gesekan-gesekan lembut pangkal Paga-Vaginanya kesepanjang lengan kananku…… Ssyyyeerrrr… Ssyyyeeerrr….. Ssyyyeerrr…. tiba-tiba dari vagina Vivikeluar cairan agak kental yang hangat …….. Ooooooo…… Crreettt..Creeettt..Crreeettt.. dari ujung Penis Kukeluar cairan sperma …..
Melihat Ujung penisku yang mengeluarkan Sperma dan membasahi sarung …. Vivi pun mengecup-ngecupmenyerup cairan yang membasahi sarung-Ku …. tindakan Vivi ini seolah hendak melakukan revancheatas Diriku yang menciumi Celana Dalamnya yang basa…..
Oooo… usngguh-sungguh kejutan yang kudapat dari Vivi … Adik Iparku Tersayangng…
Setelah selesai mengecup-ngecup dan menyerup-nyerup sarungku yang basah oleh Sprema …Vivi dengan lembut membersihkan sisa-sisa cairan Vaginanya yang masih membasahi legnanku….
Lagi-lagi Vivi membuat kejutan dengan… tiba-tiba dia menggesek-gesekkan Payudara dan Puting Susunyakenyal dan kencang ke Bibir Ku…. Oooouuuwwww…. Viviii…..
Aaahh Gilanya Vivi mencium Bibir Ku bukan dengan Bibirnya tetapi dengan Vaginanya yang di oles-oles kanke Mulut Ku…. mmmhhhh…ooohhh Viviiii….Harum Mewangin Nian Vagina Mu Viii…..
demikian Al kisah Awalku ber Eksibisi dan Ber-Eksibisionis dengan Vivi Adik Ipat-Ku tersayang….
July 2, 2008 Posted by premium Cerita Seru, Cerita Sex Sedarah, Daun Muda, incest, sedarah, sex keluarga 1 Comment
Dengan Adik Laki-laki Ku
Kulit Ratna putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang cerdas dan rajin — typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari Ratna — tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu — orangnya juga alim dan sopan.
Ratna yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Donna yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang kosong kepada Ratna. Penampilan ci Donna berbeda sekali dengan Ratna: di usianya yang hampir 30, ci Donna boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya — kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang.
Rupanya, ci Donna yang sudah lama tidak merasakan belaian pria — menyimpan; lebih tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian — tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya / dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.
Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Donna menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Donna dalam membayangkan bentuk seks yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Ratna sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Ratna mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Ratna begitu biasa — apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.
Apa yang dilihat pada diri Ratna adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin — namun begitu naif. Ci Donna sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat. Namun — sesudah agak lama tinggal bersama Ratna, barulah Ci Donna mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu — pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Ratna begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Donna mengetahui hal ini dari Ratna sendiri yang memandang Ci Donna sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa.
Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu — adik ci Donna yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’ — inilah yang ada dalam pikiran ci Donna melihat adiknya sendiri dan Ratna.
Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya — Ci Donna sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Ratna. Biasanya, Ratna tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya. Pukul 18:30, Donna memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Donna yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula — ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.
Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Donna tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..” Ci Donna yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul — tiba2 ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Donna membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.
Ci Donna membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas — dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Ratna dan kamarnya sendiri.
Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya — tanpa disadarinya, Ci Donna sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Donna hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Donna). “Sudahlah, kamu menurut saja — toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria ?”
Adiknya masih ragu. Ci Donna tahu ini — dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Donna mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi — ia mendesis sambil berkata: “Sss…. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku !”
Sesudah berkata demikian, ci Donna memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur — membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Donna hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Donna melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Ratna. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Donna menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar — aku ada tugas buat kamu: bawalah Ratna ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Donna. Sementara adiknya pergi memanggil Ratna — ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Ratna — ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Ratna hingga jatuh ke ranjang. Ratna yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Donna yang begitu tiba2 tersebut. Ci Donna melucuti kaos ketat yang dikenakan Ratna dengan buas.
“Kyaaaaa…..!!!” Ratna menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Donna hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya — apalagi dengan sesama jenis ! Ci Donna telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Ratna dan melemparkannya ke lantai. Ci Donna melihat sepasang toket Ratna yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti…” Ci Donna melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Ratna dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.
“Pahamu putih dan mulus juga yah…” Terakhir, Ci Donna menurunkan celana dalam Ratna. Ratna tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Donna yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Donna berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Donna menurut — ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.
“Jangan ci… saya takut.” Ratna yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Donna mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Donna dengan cepat bergerak ke arah Ratna. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Ratna sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Ratna dan melumasi lubang pantatnya pula.
“Ayo — kamu lubang yang satunya !!” ci Donna memerintahkan adiknya untuk mengentot Ratna yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah — duduk di atas ranjang. Ci Donna memapah tubuh Ratna dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Ratna yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Donna yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Ratna. Bles ! Batang kemaluan adik ci Donna akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Ratna yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Donna.
Rasa sakit bercampur nikmat membuat Ratna membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa…” Ci Donna membaringkan Ratna dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Ratna). “Ratna, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Donna memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Ratna.
Ratna yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Donna — serta batang kemaluan adik ci Donna yang menancap di lubang anusnya. Mulailah ranjang bergoyang… mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat… demikian pula dengan rintihan-rintihan Ratna… “Aaa… aaa…” Ratna masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.
Ci Donna tertawa melihat Ratna berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Ratna — nikmati saja, sayang !!” Perlahan-lahan rintihan Ratna mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi… “Ah… ah.. yesss… mmmhh… MMMM… AAAHHH….” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Ratna kehilangan kendali. Ratna yang sopan dan alim perlahan larut… perlahan berubah menjadi Ratna yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Donna — meracuni pikiran Ratna yang semula begitu bersih dan polos. “Yah… teruskan !! LEBIH CEPAT LAGI CI DONNA… !! AA… AAAAA…. MMMHHH… MMM…”
Ratna menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya — membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Donna semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Ratna semakin menikmatinya — ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Donna. “AGH…. Enak sekali… Ci… aa… aku.. belum pernah…. uuuh…. senikmat ini…” Adik Ci Donna menganal lubang pantat Ratna sambil meremas-remas kedua toket Ratna dari belakang, walaupun ukuran toket Ratna relatif kecil — namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. “Auuh… ah..” mulut Ratna menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tdk jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Donna bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.
Ci Donna mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Ratna secara alami mengikuti gerakan Ci Donna dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Ratna. Sampai akhirnya — tubuh Ratna benar-benar menegang dan Ratna melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Donna mencabut dildo dari lubang vagina Ratna, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Donna menariknya keluar — ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Ratna dengan dildo Ci Donna.
Adik Ci Donna juga mencabut dildonya dari lubang anus Ratna dan merebahkan Ratna yang sudah lemas di ranjang. Ratna masih memejamkan kedua matanya — Ci Donna melepas kacamata Ratna yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main — jangan lupa lepas dulu kacamatanya…” Ci Donna tersenyum dan mencium Ratna, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai — melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.
Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Donna dengan hati-hati. Keenakan,c ci Donna memejamkan matanya — nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh…. aaaghh… niiikkkmmaaatt sekkaallii… ssss….!!” Ci Donna benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak — Donna ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah… tunggu say — bee… berhentii duluu.. mmmh… sekarang giliran… cici ngerjain punya kamuuu…”
Adik Ci Donna menurut dan berhenti. Ci Donna bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Donna cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang — kujamin kamu akan suka sekali…” Ci Donna tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya — ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya — dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.
Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya — langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri. “Aaaghh… duh, enak sekali ci…” Ci Donna meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Donna apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya — pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.
Adik ci Donna memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm… masih kurang, lagi dong !” Gerakan dipercepat, Ci Donna memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. “Uuuaah…. enaaakk sayaang… Mmmh…” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Donna minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Donna menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Donna mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.
Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Donna. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh… mmm….” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaaaaaahh…. uuuuhhhh……” Tubuh ci Donna terus bergoyang-goyang — toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Donna yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh — susumu begitu empuk ci…” Ci Donna hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya — dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Donna merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang — ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.
Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAAAHHH….. AAAAKKUUUU…. MMMH…” Keluarlah Ci Donna, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.
Demikian pula adik ci Donna, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Donna mengetahui hal ini — karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Donna berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang… keluarkan — jangan ragu… ayo !” Ci Donna memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. “Aih… masih belum keluar juga… sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Donna memijat buah pelir adiknya. “Ah… ci.. aku mau keluar nih.. !!” Ci Donna langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.
Ratna yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Donna dan adiknya. “Ci Donna… saya juga mau…”, kata Ratna sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Donna yang seksi. Ci Donna menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Ratna, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Ratna di pangkuannya. Ratna yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Donna menyentuh bibir Ratna dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.
Ratna mengerti apa yang dimaksud ci Donna, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Donna kembali tersenyum — ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Ratna yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Donna, turun memasuki mulut Ratna.
Peju dalam mulut ci Donna sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Ratna. Ci Donna tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut — ci Donna memberi isyarat kepada Ratna untuk menutup mulutnya. Ratna menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Donna. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Ratna menelan peju yang sudah diberikan ci Donna kepadanya. “Terima kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk — Ratna menyentuh wajah ci Donna dengan lembut. Ratna kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Donna sambil menjulurkan lidahnya. Ci Donna yang mengerti maksud Ratna segera menyambut ciuman Ratna dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama — dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.
Sejak saat itu, kehidupan ci Donna dan Ratna selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Ratna ‘menjebak’ teman kuliahnya — entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Ratna dapat membagi kisah petualangannya disini…
July 2, 2008 Posted by premium Cerita Seru, Cerita Sex Sedarah, incest, kakak adik, sedarah, sex keluarga , , 6 Comments
Guruku
Bersamaan dengan masuknya puting panjang Maria ke mulutku, kuselipkan tangan kananku ke dalam selangkangannya melalui perut, kusibakkan bulu-bulu keriting lebatnya, dan… kujamah vagina mungil yang masih sempit itu.. Maria terbelalak dan menutup kedua pahanya. Ia belum dapat menerima kedatangan benda asing di daerah terlarangnya. Wow.. berarti belum pernah ada tangan lain yang piknik kesana selain aku.. kenyataan itu membuatku semakin terangsang.. Maria menggelinjang kegelian ketika kusedot dan kugigit puting kirinya.. ia sama sekali tidak menolak ketika tangan kiriku mulai meremas dan memilin buahdada dan puting kanannya. “Mmmasss..please.. stop dulu.. masih ada lintah yang mesti dibuang..” bisiknya dengan suara serak.. stop dulu katanya.. stop dulu.. kalau begitu pasti ada kelanjutannya.. “Ria.. coba kamu berbaring..” Maria mengikuti permintaanku, “Sorry Ri..” kataku seraya membuka kedua belah pahanya. Aku menelan ludahku berkali-kali.. susah betul kudeskripsikan dengan kata-kata betapa merangsangnya ia dalam posisi itu.. lalu kutaburkan garam sebanyak-banyaknya di atas tubuh kedua lintah yang seharusnya kuberi tanda jasa itu karena memberi kesempatan menelanjangi Maria di hadapanku.. dan.. lintah-lintah itu menggeliat-geliat sebelum dengan mudah kulemparkan ke luar… kupandangi CD nya yang merangsang itu, kupandangi bulu-bulu keriting itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar